Tampilkan postingan dengan label review film. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label review film. Tampilkan semua postingan

Jumat, 25 Oktober 2013

Review: Escape Plan

Bagi penggemar Rambo, film Escape Plan ini wajib anda tonton karena acting Sylvester Stallone sebagai aktor hollywood sangat memukau. Saya pertama kali melihat Stallone di Expendables 2, pembawaannya yang khas adalah sikap dingin dengan suara nge-bass yang gagah banget di samping punya tubuh kekar berotot sudah biasa dalam banyak film-film action.

Escape Plan adalah sebuah film fiksi yang menceritakan seorang ahli keamanan Ray Breslin (Sylvester Stallone). Ray Breslin dibayar untuk dijebloskan ke dalam penjara kemudian berusaha membebaskan diri, yang bertujuan untuk menguji sistem keamanannya. Untuk bisa membebaskan diri, ada 3 hal yang perlu dipelajari yaitu: Lokasi, Rutinitas, dan Bantuan. Cara berpikir orang yang terkurung tentu berbeda, ia harus mempelajari tempatnya berada, atau mencari tahu. Rutinitas berguna untuk mencari celah, sementara bantuan baik itu dari dalam atau pun dari luar, sangat berpengaruh dalam keberhasilan lolos.

Alkisah, ada sebuah penjara dengan sistem kemanan terkuat yang disebut sebagai The Tomb, dimana semua napi berbahaya dan orang-orang yang tak diinginkan lainnya dipastikan tidak mendapat celah untuk melarikan diri. Sebelum penjara tersebut dikembangkan secara global, pembuatnya ingin menguji ketahanannya dulu. Tentu saja orang yang ditunjuk untuk melakukannya adalah Breslin.

Breslin ternyata ditipu, ia dijebloskan ke dalam penjara tersebut dan akan menjadi tahanan selamanya. Apalagi, Breslin sebelumnya selalu mengandalkan pelacak yang ditanam ke tubuhnya untuk memudahkan bantuan dari luar (dalam proses melacak). Namun pihak dari The Tomb sendiri telah mengetahui bagaimana cara kerja Breslin, pelacak itu pun dihancurkan.

Breslin terpaksa harus bekerja sama dengan napi lain, Emil Rottmayer (Arnold Schwarzenegger) sebagai bantuan dari dalam. Untuk mengetahui dimana lokasi penjara tersebut saja sudah menjadi tantangan yang sulit bagi mereka berdua, bagaimana mereka bisa melarikan diri? Kalau anda menonton filmnya, anda bisa merasakan konfilk batin seorang tahanan. Semakin lama anda berada dalam tahanan, perasaan kesepian semakin merasuki anda, sehingga anda menjadi luar biasa pesimis.

Saya secara pribadi suka film action dan sensasi memuaskan dari aksi kekerasan itu hanya bisa didapatkan dengan menontonnya langsung di bioskop. Yang disayangkan, durasi film ini pendek jadi ketika saya masih menanti-nantikan sesuatu yang mengejutkan, saya nyaris tidak mendapatkannya. Kenapa saya bilang nyaris, karena saya belum mencapai puncak ketegangan ketika film ini berakhir. Tapi selera orang kan beda-beda ya, kenyataannya banyak kok yang merasa puas dari film ini. Secara keseluruhan, film ini layak direkomendasikan kepada anda yang berencana ke bioskop akhir pekan nanti.


Tebak, saya nontonnya sama siapa hayooo? XD
21.13

Minggu, 01 September 2013

Review: The Host (Movie 2013)

Bagaimana rasanya hidup lebih dari seribu tahun dengan tubuh yang berbeda-beda? Di masa depan, alien-alien yang tidak memiliki bentuk mengambil alih tubuh manusia dan menguasai ingatan tubuh yang mereka tempati. Lalu bagaimana kalau jiwa dari tubuh yang ditempati masih ingin hidup? Jiwa itu hanya bisa berbicara, berteriak, dan menangis tanpa ada yang mau mendengarkan.


Jiwa bernama Wanderer, disuntikkan ke dalam tubuh manusia bernama Melanie. Wanderer ditugaskan untuk mencari informasi keberadaan manusia lainnya melalui ingatan Melanie yang tersisa. Namun, jiwa Melanie masih hidup dan mencoba berontak pada Wanderer sehingga terjadilah pertentangan dua jiwa dalam satu tubuh.

Wanderer merasa ada yang salah, kemudian Melanie menuntunnya untuk menemukan keluarga Melanie dan populasi manusia lainnya yang berhasil selamat. Bersama-sama mereka berjuang untuk bertahan hidup, karena jika manusia lain membunuh Wanderer, maka Melanie pun akan ikut terbunuh.

Melalui ingatan Melanie, Wanderer mengenal Jared, pria yang selama ini Melanie cintai. Dan melalui tubuh Melanie, Wanderer bisa mengenal Ian, pria yang membuatnya jatuh hati. Tapi masalahnya Ian adalah manusia sementara Wanderer adalah alien yang tidak bisa selamanya menempati tubuh Melanie. Wanderer tahu kalau Melanie juga ingin hidup bersama dengan pria yang dicintainya.

Film ini diangkat dari novel fiksi ilmiah The Host karya Stephanie Mayer, yang sebelumnya dikenal melalui novel seri The Twilight Saga. Stephanie Mayer punya cara sendiri menyiapkan kejutan dalam ceritanya. Karena saya suka fiksi-ilmiah, menonton film ini sangat memuaskan dimana alur cerita berpusat pada sudut pandang Wanderer sehingga kita bisa melihat manusia dengan cara yang berbeda.


21.57

Sabtu, 12 Januari 2013

Review: Rurouni Kenshin (Live Action)


Akhir-akhir ini saya lagi semangat nulis review film karena memang sudah dari dulu hobi nonton dan sangat menyenangkan untuk menceritakan kembali film-film yang sudah saya tonton melalui tulisan. Soalnya kalau sedang mengetik yang cerewet itu jari-jari tangan, bukan mulut.. Jadi saya malas kalau harus menceritakan kembali pake mulut langsung karena cape ngomong, hehehe :D



Film yang baru saja saya tonton kemarin adalah Rurouni Kenshin (Live Action), sebuah film dari Jepang yang merupakan adaptasi dari serial anime Samurai X. Mengingat serial anime-nya saya seperti kembali lagi ke masa-masa kecil waktu masih SD, namun kala itu masih belum memahami betul makna ceritanya, saya suka menontonnya karena itu pertama kalinya saya tau film kartun :p. Jadi, setelah saya sebesar ini dan menemukan trailer film adaptasi tersebut muncullah hasrat untuk mendownload.. soalnya di Jepang saja sudah tayang Agustus 2012 lalu, dan tidak masuk bioskop Indonesia :(


Rurouni Kenshin menceritakan tentang seorang pengembara bernama Kenshin Himura yang dulunya dikenal sebagai Battousai si pembantai. Demi menebus kesalahannya di masa lalu, Kenshin bertobat untuk tidak membunuh lagi dan menghabiskan sisa hidupnya dengan menolong banyak orang. Selama 10 tahun ia mengembara dengan ditemani pedang sakabato, sebuah pedang yang hanya memiliki sisi tajam di bagian belakang sehingga ia tidak akan bisa membunuh siapa pun dengan pedang itu. Dalam pengembaraannya ia berjumpa dengan Kouru Kamiya (Emi Takei), seorang gadis yang mengurus dojo (sekolah pedang) Kamiya Kashin peninggalan almarhum ayahnya. Kamiya Kashin mengajarkan muridnya bahwa pedang bukan alat untuk membunuh, pedang digunakan untuk melindungi sesama. Ini dimaksudkan untuk menentang pemikiran menyimpang "pedang adalah seni dalam membunuh". Pertemuannya dengan Kouru menguatkan pendirian Kenshin untuk membuka lembaran baru.



Di tengah-tengah pembunuhan berantai oleh orang yang diduga Battousai palsu, Kenshin bersama Sanosuke (Munetaka Aoki) berusaha menyelamatkan Megumi Takani (Yuu Aoi), seorang dokter wanita yang diperbudak oleh saudagar kaya Tanryu untuk membuat opium. Aksi penyelamatan ini dihadang oleh para kaki tangan Tanryu dan disini diperlihatkan keahlian bertarung Kenshin dan Sanosuke. Kouru juga diculik oleh Jin'ei, orang yang diduga Battousai palsu untuk memancing amarah Kenshin supaya ia kembali dapat bertarung sebagai hitokiri (pembunuh). Seharusnya disini sudah menjadi klimaks, akan tetapi dari awal film berlangsung saya tidak melihat adegan yang menunjukkan kedekatan Kenshin dan Kouru yang sangat real, sehingga disini saya tidak menemukan diri Kenshin yang ingin kembali menjadi hitokiri ketika orang yang ia cintai terancam. Terlepas dari kekurangan tersebut, film ini banyak menyuguhkan adegan bertarung yang apik dan jepang banget. Konflik batin yang dialami Kenshin  juga bisa divisualkan dengan baik. 



Yang membuat saya penasaran, adalah pemeran tokoh Kenshin Himura yang dapat mewujudkan versi anime ke dunia nyata. Tidak habis pikir seberapa lamakah casting yang dilakukan film ini sampai menemukan Takeru Sato sebagai pemerannya, maaf lebay dikit. Jangan-jangan ia sampai harus menguruskan badan supaya bisa mirip persis dengan versi anime-nya, di samping itu juga belajar teknik-teknik dasar menggunakan pedang. Pokoknya mantap deh. Meskipun teman saya bilang kurang mirip karena luka silang di pipi kiri yang menjadi ciri khasnya kurang lebar, tapi kekurangan yang ini tidak saya pedulikan karena saya menikmati pembawaan karakter secara kesuluruhan. Selain itu, saya beruntung karena mendapat subtittle yang pas, dan saya pun tahu kalau rurouni itu artinya pengembara. :D



Karakter lain seperti Megumi, Kouru, Tanryu dan Yahiko lumayan mendekati. Tapi selama ini saya membayangkan Sanosuke Sagara sebagai pria berotot yang urakan, rambut acak-acakan tapi ganteng. Ketika melihat versi manusianya ko beda jauh yaah.. Kurang ganteng hahaha..

Gambar nyolong dari google. :p

21.00

Jumat, 28 Desember 2012

Review: Film 5CM, Kaku dan Tidak Realistis

Sudah lama saya ingin cepat-cepat menulis review tentang film 5 cm sebelum keburu basi. Banyaknya status-status lebay yang memenuhi beranda facebook saya sedikit menggelitik rasa ingin tahu seheboh apakah film ini kelihatannya. Ok, deh, tanpa basa-basi saya mulai review-nya..

poster 5cm

Film 5 cm mengisahkan tentang 5 sahabat yaitu Zafran (Herjunot Ali), Genta (Fedy Nuril), Riani (Raline Shah), Arial (Denny Sumargo), dan Ian (Igor Saykoji). Dari pemainnya saja (yang saya tahu Herjunot Ali dan Fedy Nuril, hehe..) sudah menjadi daya tarik tersendiri, apalagi melihat poster film tersebut yang beredar di internet membuat orang yakin kalau film ini banyak meng-ekspost keindahan alam Gunung Semeru. Ceritanya mereka berlima sudah bersahabat selama 10 tahun (harusnya kebayang betapa dekatnya mereka satu sama lain), bahkan tidak pernah terlewat satu weekend pun mereka habiskan bersama. Dan yang lebih kerennya, mereka punya basecamp superkeren yang ada di rumah Arial tempat biasa mereka ngumpul.. 

Untuk menghilangkan kejenuhan, atas ide Genta mereka sepakat untuk tidak melakukan komunikasi apapun selama tiga bulan, hingga pada saatnya tiba mereka akan merayakan temu-kangen sesuai kejutan yang disiapkan Genta. Kejutan tersebut akan menjadi hal terbaik yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Selama tiga bulan mereka kompak untuk tidak bertemu dan tidak berkomunikasi dimana hari-hari mereka menjadi sepi, beda drastis dari biasanya. Setelah tiga bulan berlalu, Genta mengirim sms 'kejutan' yang langsung diterima oleh keempat sahabatnya untuk merayakan pertemuan mereka di stasiun kereta. Setelah mereka semua menempuh perjalanan dan turun dari kereta, barulah mereka tahu bahwa rencana yang disiapkan Genta adalah: naik ke atas puncak gunung tertinggi di Jawa, yaitu Gunung Semeru.

Memang sih, seminggu sebelum mereka bertemu, Genta juga menyuruh teman-temannya untuk membawa peralatan tertentu seperti carier, tenda, dll, serta berolahraga kecil sebelum hari H tiba. Namun tanpa persiapan yang matang, bukankah itu terlalu gegabah dan bisa saja mati konyol karena naik gunung tanpa pengetahuan apa pun (dan tanpa tahu medan seperti apa yang hendak kita daki), membuat penonton salah persepsi khususnya bagi komunitas pecinta alam. Apalagi di dalam film mereka mendaki gunung tanpa bantuan tali, perbedaannya sangat mencolok dengan yang di poster.

Banyak kata-kata puitis yang dipaksakan ke dalam dialog, akibatnya cara mereka berinteraksi satu sama lain terkesan kaku, tidak memvisualkan persahabatan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun. Salah satu adegan kaku yang menurut saya paling tidak realistis adalah ketika mereka memandang puncak gunung dan bersahut-sahutan kalimat puitis, "..yang kita perlukan cuma tangan yang akan berbuat lebih banyak, kaki yang akan melangkah lebih banyak, leher yang akan terus melihat ke atas.." aaaah stop.

Meskipun film 5cm lebih mengedepankan kisah persahabatan dan cinta, tapi tetap saja yang ditonjolkan disini adalah 'menaiki gunung tertinggi di pulau Jawa', lhaa wong posternya juga lagi naik gunung ko. Sementara saya sangat menjunjung tinggi arti dari persahabatan -atau saya lebih suka menyebutnya 'pertemanan' supaya gak terkesan lebay- karena pertemanan itu lebih rumit dari yang kita bayangkan. Butuh waktu yang sangat lama untuk bersahabat dengan seseorang, butuh penyesuaian yang lama sekali untuk kembali lagi bersahabat setelah renggang. Tapi anehnya di film itu hampir tidak ada konflik, tidak ada klimaks yang membuat keseluruhan cerita datar-datar saja. Paling kendala yang mereka alami itu cuma pas mau mencapai puncak adik Arial yang tiba-tiba ikut, yaitu Dinda (Pevita Pearce) sempat terkena jatuhan batu sampai telinganya berdarah. Padahal Ian sebelumnya lebih duluan jatuh tapi gak langsung ditolongin, entah mungkin karena mereka punya prinsip Ladies First jadi mereka langsung menghampiri Dinda dan mengabaikan Ian. Waktu itu Ian pingsan dan mereka pun panik, setelah mereka kewalahan barulah Ian bangun sendiri.

Walaupun begitu saya tetap suka dengan film ini karena Herjunot Ali sangat menjiwai perannya dan acting Fedy Nuril yang dalam kondisi apa pun tetap enak dilihat. Keindahan Gunung Semeru dengan pengambilan gambar yang saya anggap menggunakan kamera kualitas tinggi ini memanjakan mata penonton.

Beberapa thread kaskuser yang berkaitan:
15.21
Follow Us

Teman

Khasiat Daun Sirsak

© Old Sunday All rights reserved | Theme Designed by Seo Blogger Templates